Selasa, 28 Juli 2009

Thermometer Kemarahan

Marah adalah salah satu bentuk emosi dari makhluk Tuhan.
Kita mestinya bersyukur karena Tuhan melengkapi kita dengan kemarahan.
Sedih, senang, takut, juga bentuk lain dari emosi.
Sedangkan menangis, tertawa, berlari kencang, memukul adalah reaksi anggota tubuh dari emosi yang sedang kita alami.
Ada suatu percobaan dimana seorang tahanan sengaja dihilangkan bagian dari otaknya ( cortex ) yang berfungsi untuk menghasilkan emosi. Jadi orang tersebut tidak pernah merasakan emosi. Di pukul ya sakit..tapi diam saja. Ada hal yang lucu, dia juga ridak tertawa. Percobaan tersebut dinyatakan sebagai percobaan yang paling keji.
Yang membedakan kita sebagai manusia dengan binatang adalah reaksi dari emosi itu sendiri.
Semestinya kita yang berakal mampu mengontrol emosi yang ada, sehingga efek sampingnya adalah reaksi emosi juga menjadi terkontrol.
Khusus untuk marah ini yang menjadi skala perioritas.
Bayangkan banyak kejadian yang justru menjadi lebih parah akibat dari tidak terkontrolnya emosi marah ini, yang pada akhirnya timbul penyesalan.

Di otak, ada bagian namanya Stimulus ( Input otak, bisa dari mata,telinga, kulit, dll )
Kemudian Thalamus berfungsi untuk memilih / pengatur jalan. Berikutnya Cortex ( processing keputusan ). Terakhir adalah amigdala yaitu penentu emosi.
Normalnya adalah dari Panca indera menuju ke Thalamus. Kemudian ke Cortex. Kemudian finalnya adalah Amiygdala.
Namun ada keadaan tertentu dimana terjadi pemindahan jalur, tidak melalui Cortex tapi langsung menuju ke Amygdala. Inilah yang disebut dengan PEMBAJAKAN AMYGDALA.
Sehingga emosi yang muncul adalah spontan, tanpa processing.
Mengumpat ( penyebutan nama binatang saat kita marah, kecewa ) adalah salah satu contoh pembajakan amygdala.

Untuk mencegah hal di atas, alangkah baiknya tiap individu mempunyai thermometer marah.
contohnya adala sbb:

Dari gambar di atas bisa kita lihat bahwa ada 3 zona kemarahan.
Tiap individu akan berbeda-beda reaksi fisik dari tiap zona kemarahan.

Yang perlu ditekankan disini adalah bahwa sadarilah jika ternyata ketika anda sedang marah dan termometer marah anda sudah berada pada Yellow Zone, maka segera turunkan dengan cara yang memang bisa anda lakukan. Misal meninggalkan ruangan, tarik nafas, duduk, dll.
Kebetulan di agama yang saya anut, dijelaskan jika kita sedang marah dan kita pada posisi berdiri maka disarankan untuk duduk, Jika dengan duduk tidak turun juga kemarahannya, maka bisa dibasuh dengan air ( wudlu ). Jika belum turun juga, bisa melakukan sholat.
Yang terpenting adalah, hindari mengambil keputusan di saat kita sedang mengekspresikan emosi yang hampir tidak terkontrol yaitu yellow zone.
Semoga menjadi bahan renungan...

GAJI PAPA BERAPA?

Mohon maaf sebelumnya jika artikel ini sudah pernah dimuat sebelumnya. Saya hanya COPAS saja. Tp mudah2an bisa diambil manfaatnya.
Thanks to : Enggal Setiawan yang sudah mengirimkan artikel ini.
Seperti artikel sebelumnya, artikel ini masih seputar Orangtua-Anak.
Siapin sapu tangan ya....

Seperti biasa Andrew, Kepala Cabang di sebuah perusahaan swasta terkemuka di Jakarta , tiba di rumahnya pada pukul 9 malam.
Tidak seperti biasanya, Sarah, putri pertamanya yang baru duduk di kelas tiga SD membukakan pintu untuknya. Nampaknya ia sudah menunggu cukup lama. "Kok, belum tidur ?" sapa Andrew sambil mencium anaknya. Biasanya Sarah memang sudah lelap ketika ia pulang dan baru terjaga ketika ia akan berangkat ke kantor pagi hari.
Sambil membuntuti sang Papa menuju ruang keluarga, Sarah menjawab, "Aku nunggu Papa pulang. Sebab aku mau tanya berapa sih gaji Papa ?"
"Lho tumben, kok nanya gaji Papa ? Mau minta uang lagi, ya ?" "Ah, enggak. Pengen tahu aja" ucap Sarah singkat." Oke... Kamu boleh hitung sendiri. Setiap hari Papa bekerja sekitar 10 jam dan dibayar Rp. 400.000,-. Setiap bulan rata-rata dihitung 22 hari kerja, Sabtu dan Minggu libur, kadang Sabtu Papa masih lembur. Jadi, gaji Papa dalam satu bulan berapa, hayo ?"
Sarah berlari mengambil kertas dan pensilnya dari meja belajar, sementara Papanya melepas sepatu dan menyalakan televisi. Ketika Andrew beranjak menuju kamar untuk berganti pakaian, Sarah berlari mengikutinya.
"Kalo satu hari Papa dibayar Rp. 400.000,-untuk 10 jam, berarti satu jam Papa digaji Rp. 40.000,- dong" katanya."Wah, pinter kamu. Sudah, sekarang cuci kaki, tidur" Perintah Andrew. Tetapi Sarah tidak beranjak. Sambil menyaksikan Papanya berganti pakaian, Sarah kembali bertanya, "Papa, aku boleh pinjam uang Rp. 5.000,- enggak ?"
"Sudah, nggak usah macam-macam lagi. Buat apa minta uang malam-malam begini ? Papa capek.Dan mau mandi dulu. Tidurlah". "Tapi Papa..."Kesabaran Andrew pun habis. "Papa bilang tidur !" hardiknya mengejutkan Sarah.
Anak kecil itu pun berbalik menuju kamarnya.
Usai mandi, Andrew nampak menyesali hardiknya. Ia pun menengok Sarah di kamar tidurnya. Anak kesayangannya itu belum tidur. Sarah didapati sedang terisak-isak pelan sambil memegang uang Rp. 15.000,- di tangannya. Sambil berbaring dan mengelus kepala bocah kecil itu, Andrew berkata, "Maafkan Papa, Nak, Papa sayang sama Sarah. Tapi buat apa sih minta uang malam-malam begini ? Kalau mau beli mainan, besok kan bisa. Jangankan Rp.5.000,- lebih dari itu pun Papa kasih" jawab Andrew
"Papa, aku enggak minta uang. Aku hanya pinjam. Nanti aku kembalikan kalau sudah menabung lagi dari uang jajan selama minggu ini". "lya, iya, tapi buat apa ?" tanya Andrew lembut.
"Aku menunggu Papa dari jam 8. Aku mau ajak Papa main ular tangga. Tiga puluh menit aja. Mama sering bilang kalo waktu Papa itu sangat berharga. Jadi, aku mau ganti waktu Papa. Aku buka tabunganku, hanya ada Rp.15.000,- tapi karena Papa bilang satu jam Papa dibayar Rp. 40.000,- maka setengah jam aku harus ganti Rp. 20.000,-.Tapi duit tabunganku kurang Rp.5.000, makanya aku mau pinjam dari Papa" kata Sarah polos.
Andrew pun terdiam. ia kehilangan kata-kata. Dipeluknya bocah kecil itu erat-erat dengan perasaan haru. Dia baru menyadari, ternyata limpahan harta yang dia berikan selama ini, tidak cukup untuk "membeli" kebahagiaan anaknya."Bagi dunia kau hanya seseorang, tapi bagi seseorang kau adalah dunianya"